Selasa, 28 Desember 2010

MENULIS DI MEDIA MASSA

Oleh Khoirul Anwar

Batasan
Kata menulis di sini kita batasi dengan menulis artikel ilmiah populer di media massa. Bukan tulisan dalam bentuk berita/informasi, puisi, cerpen, novel, dkk.

Mengapa menulis di media sulit?
Media, terutama Koran, sangat banyak menerima artikel dari luar. Rata-rata 10-30 artikel per hari. Misalnya Jawa Pos (25-30 artikel per hari), Kompas (30 ke atas), Republika (15 artikel), Radar Malang (5 artikel), dll. Karena banyaknya pengirim, maka persaingannya sangat tinggi.

Apakah bukan berarti tidak bisa ditembus?
Bisa. Tapi harus tahu trik dan tipsnya.

Caranya?
  1. Cari tahu karakteristik media yang akan Anda kirimi artikel.
  2. Cari momen yang tepat saat Anda mengirim artikel.
  3. Cari tahu bagaimana media menerima artikel dari luar
  4. Pelajari seperti apa model artikel yang diterima yang akan Anda kirimi.

Seperti apa karakteristik media?
Media memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan itu terkait misi dan segmen media. Contoh: Jika Anda mau mengirim artikel keagamaan, jangan kirim ke Jawa Pos. Karena Jawa Pos suka artikel actual karena Jawa Pos berbasis umum. Kirimlah ke Republika atau media yang berbasis agama.
Jadi sekali Anda keliru mengirim ke media yang tidak sesuai dengan misi tulisan, maka akan sangat sulit menembus media itu.

Seperti apa momen yang tepat mengirim artikel?
Media massa menyukai momen dan aktualitas. Maka dari itu perhatikan momen, karena itu sangat penting. Dengan mengetahui momen, Anda akan bisa dengan cepat menentukan akan menulis artikel model apa.

Apa saja model artikel itu?
  1. Artikel situasional
  2. Artikel aktualitas
  3. Artikel getaran
  4. Artikel misi

Bagaimana media menerima artikel dari luar?
Biasanya media menunjukkan cara bagaimana orang luar mengirim artikel. Ada banner atau disclaimer yang dibuat media tersebut. Lakukan apa permintaan dalam disclaimer media itu.


Dari sisi penulis, apa yang harus diperhatikan?
Media sangat memperhatikan kapabilitas penulis. Karena itu jika Anda ingin artikelnya diterima, maka kapabilitas harus diperhatikan. Jika Anda ahli hokum menulislah hukum, dll.

Bagaimana memulai menulis?
Ada tiga masalah klasik yang dihadapi penulis. (1) Tidak punya ide menulis, (2) sudah punya ide tapi tak bisa memulai, dan (3) sudah bisa menulis tapi di tengah jalan macet. Karena itu tiga masalah klasik ini harus dipecahkan dulu.

Mau menulis ide buntu, bagaimana membukanya?
Berpikirlah peka terhadap hal-hal yang aktual, kedekatan, getaran kuat, ketokohan, situasional, sensasional, human interest, dan sesuatu yang baru. Karena itu banyak baca merupakan kewajiban bagi penulis.

Bagaimana memulai menuliskan ide?
-          Jangan takut memulai menulis.
-          Mulai dari hal-hal ringan. Misalnya kutipan (langsung atau tak langsung), pertanyaan, atau data-data ringan.

Bagaimana mengatasi kemacetan menulis?
Menulis itu sebenarnya menjalankan segitiga pemikiran. Ide-Pertanyaan-Jawaban. Maka, jika berhenti pertanyakan dan jawablah kembali ide awal Anda.

Apakah menulis harus ada outline?
Bisa juga, bisa juga tidak. Terserah. Tapi yang terpenting menulis itu harus mengalir.

Kok sulit ya?
Menulis artikel itu mudah. Jika Anda bisa bicara, maka Anda pula bisa menulis.


* Penulis adalah pemimpin redaksi Radar Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar