Kamis, 23 Desember 2010

Dunia vihara Batu


Pada bulan Waisak (Mei) 1971 seorang Bhikkhu Thailand Selatan bernama Phra Kru Athacariyarukich (Bhante Win) mempunyai cita-cita luhur agar umat Buddha khususnya di Malang, dapat memiliki sebutat yang layak dan patut di banggakan, di suatu tanah yang lapang, berhawa sejuk, sepoi dan tidak hangar binger karena kebisingan kota.
Cita-cita luhur tersebut di sambut oleh umat Budha di Malang dan Surabaya. Mulailah beliau mengumpulkan dana dari para Donatur. Yang mulia Somdet Phra Nanasamvara menyerahkan dana sejumlah Rp. 202.240,-. Dengan uang tersebut di carikan tanah yang sesuai dengan tujuan luhur tersebut.
Tanggal 15 Juli 1971, tiga orang diserahi menerima uang dan mengurus pembelian tanah untuk vihara tersebut. Mereka itu adalah Bhikkhu Agga Jinamitto, Bapak Djamal Bakir dan Pandita Sri Hartini Dahrmaniyani Bjamal Bakir sebagai pemegang amanat umat.
Tanggal 17 Juli 1971, dibeli tanah seluas 4400 M² dari Bapak Dasuki dengan harga Rp 75,-(Tujuh Puluh Lima Rupiah) per-m² di dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Sejak saat itu berdiri Panitia pembangunan Vihara yang ditanggani langsung oleh Pandita Muda Dharmaniyana Djamal Bakir.
Tanggal 15 Agugtus 1971, dimulai pemancangan tiang pertama bangunan Veluvana sebagai Dhammasala pertama. Dibari nama Veluvana karena bangunan utama ini seluruhna dari bambu, kecuali atap genteng dan lantai papan. Seluruh pagar Vihara juga di Tanami pagar bamboo yang masih terlihat hingga sekarang.
Tanggal 19 September 1971, tepat 35 hari setelah pemancangan tiang pertama telah selesai di bangun, Dhammasala, Kuti untuk tempat tinggal bhikkhu dan Ruang makan dengan biaya Rp. 19.000,-. Maka pada hari itu diadakan syukuran bersama.
Tanggal 25 September 1971, mendapat kunjungan Presiden W.F.B (world Felloship of Buddist) Prences Poon Pismai Diskul (bibib Raja Thailand), yang memberikan hadiah sebuah Buddharupang setinggi ± 40 cm. Pada hari itu pula diadakan upacara peresmian padepokan Valavana yang dihadiri oleh Maha Nayaka Sangha Indonesia Y.A. Sthavira Ashin Jinarakkita.
Pada tuhun 1972, Yang Mulia Phra Nanavaraborn (Kicchara Mahathera) Wakil Ketua Wat Bovoranives di Bangkok menghadiahkan sebuah Buddharupang dengan Samdhi Mudra setinggui 1 m yang di lapisi (kimpo?)  emas. Sedang Upasika lain dari Bangkok berdana altar berukir dilengkapi dengan semua paralatan upacara.
Tanggal 6 s.d. 15 Desember 1972, diadakan latihan Vipassana Bhavana yang pertama diikuti oleh 25 orang dibawah bimbingan Y.M Bhikkhu Girirakkhito.
Tanggal 28 Fabruari 1973, perampok membawa kabur 2 buah Buddarupang dari Dhammasala Veluvana pada malam buta dengan mengancam penjaga yang hanya seorang diri. Sebagaimana diketahui Dhammasala ini terbuat dari dinding bamboo dan pintu juga bambu.
Tanggal 5 Maret 1973, Buddharupang yang besar ditemukan kembali di rumah perampok di Kota Malang, sedang yang kecil tidak di temukan hingga saat ini.
Tanggal 27 Maret 1973, Buddharupang ini diserahkan kembali oleh Kapolwi Malang kepada Pengurus Vihara dan Disimpan di jalan Tapaksiring No. 22 B Malang.
Tanggal 17 April 1973,  berlangsung upacara penampatan kembalai Buddharupang keramat tersebut di altar semula. Hingga saat ini Buddharupang tersebut masih di ruang Dhammasala Veluvana. Sejak saat itu pula untuk pertama kalinya tinggal di Padepokan Veluvana Bhikkhu Agga Jinamitto Kepergian Buddharupang selama 48 hari ternyata mambawa berkah. Dengan hilangnya Buddharupang tersebut, nama Padepokan Veluvana menjadi berkembang cepat karena diekspose melalui berbagai surat kabar di Indonesia. Secara tak langsung keluarnya Buddharupang dari Dhammasala Veluvana sebagai Dhammaduta. Umat Buddha makin banyak berkunjung di Padepokan Veluvana dan dana-dana makin mengalir.
Tanggal 7 September 1975, terbantuk panitia Pembangunan Dhammasala yang terdiri 4 serangkai sebagai lambing persatuan yaitu: Lwie Siek Yan, Liauw Tiek Sun, Drs. Djamal Bakir dan Herman Satriyo Endro, S.H.
Tanggal 20 September 1975, dilakukan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Dhammasala.
Tanggal 16 Mei 1976, diresmikanlah Dhammasala Veluvana, si hutan bambu dihadiri oleh Bupati Malang R. Soewignyo dan para  undangan antara lain; Ketua Umum Perbudihi (Perhimpunan Buddhist Indonesia) Bapak Suraji Ariakartawidjaja, Y,M. Bhante Girirakkhito dan 6 bhikkhu dari Thailand; Phra Vimosilahara Mahathera, Phra Suvirayan Mahathera, Phrakru Doruthon Sombat, Prhakru Vimolasith Mahathera, Prhakru Prasong, Phra Pryadharo. Atas Saran Sombat Phra Nanasamvara maka Vihara Veluvana Arama, sejak peresmian Dhammasala tanggal 16 Mei 1976 di ubah menjadi Dhammadipa Arama Berarti hutan. Dipa berarti pelita atau penerangan .Dipa juga berarti pulau. Pualu tempat bagi manusia untuk tinggal dan hidup daripadanya. Jika kita menjadikan Dhamma sebagai pulau berarti kita hidup dalam Dhamma sang budha bersabda: “Dhammadipa Dhammasarana Ahannasarana” Artinya Jadikanlah Dhamma pulau bagimu , jadikanlah Dhamma sebagai pelindungmu, jangan mencari perlindungan yang lain. (Mahaparinibbana Sutta 11,26).
Tanggal 6 Juli 1976, diresmikanyayasan Dhammadipa Arama dengan Akta notaris Djoko Supadmo Surabaya dengan Herman S. Endro sebagai ketua dan Drs. Djamal Baakir Sekertaris. Kemudian tanggal 26 Mei 1988 ada perubahan akta notaries Handoko, S.H. Malang dengan ketua yayasan Bhikkhu Khantidharo. Yang terakhir ada perubahan lagi dengan akta notaries Ambar Pawittri, S.H. dengan ketua Bhikkhu Viriyadharo pada tanggal 15 September 2002.

1 komentar: